Minggu, 07 September 2008

SAPA YA ????

Siapa yang Bakal Tergerus PMB : PAN atau PKS ?

(berpolitik.com) Dari awal nama PMB sudah mengundang beragam interpretasi baru. Yang lain menyebutnya sebagai "Partai Muhammadiyah Beneran". Ini seolah-olah hendak membangun demarkasi adanya "partai Muhammadiyah" yang aspal. Kalau memakai ungkapan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, yang aspal itu adalah parpol yang berkhianat kepada Muhammadiyah.

Meski tak ada yang menyebut secara terang benderang, pastilah yang dimaksud Partai Amanat Nasional. PAN yang awalnya digadang-gadang bakal menjadi matahari bagi warga Muhammadiyah, dalam perjalanan sinarnya diyakini tak lagi menghangatkan Muhammadiyah.
Ketegangan itu bermula dari kegagalan PAN memberi tempat secara wajar pada kader-kader Muhammadiyah. Tapi, ada yang menyebut bahwa ketegangan itu sejatinya bersumber di dua tempat.
Pertama, ketegangan antara Muhammadiyah. Maksudnya antara mereka yang aktif dalam organisasi-organisasi Muhammadiyah dengan mereka yang mempunyai "darah" Muhammadiyah tapi tak aktif dalam organisasi. Kedua, adalah ketegangan antara mereka yang berkultur Muhammadiyah dengan mereka yang bukan.
Pada mulanya, percampuran antar unsur itu diyakini bakal menjadi amunisi PAN menerangi republik. Yang terjadi, justru menjadi bibit persengketaan dan juga kecurigaan di lingkungan internal. Satu pihak menganggap PAN telah terbajak. Pihak lain bersikeras PAN telah mengingkari semangat awalnya didirikan.
Ketegangan ini berakhir secara diam-diam. Di satu sisi Muhammadiyah semakin menegaskan garis demarkasi dengan PAN, terutama sekali setelah dipimpin oleh Din Syamsuddin. Sebagian meminggirkan diri karena merasa tak dikehendaki lagi. Dalam situasi seperti itulah, kaum muda di Muhammadiyah bermanuver membentuk PMB. Bagi mereka, ini adalah keharusan sejarah.
Setelah Lolos verifikasi faktual, PMB diyakini bakal menjadi ancaman yang nyata. Hanya saja masih belum jelas, siapa yang bakal tergerus oleh kehadiran PMB?

Makin Jengkel Kepada SB
Sebagian kalangan meyakini, PMB bakal menjadi matahari baru bagi Muhammadiyah. Bilamana sinar itu menemukan tipping point-nya, hanya tinggal waktu gelombang dukungan warga Muhammadiyah bakal mengalir.
Apalagi, angin dukungan dari elit-elit Muhammadiyah juga telah bersemi. "Kalau kemarin seperti tak mendukung, sepertinya para elit itu pingin tahu dulu tingkat keseriusan mereka," kata seorang pengamat politik baru-baru ini.
Keinginan menjadikan PMB sinar baru bagi warga Muhammadiyah tak lepas dari "kejengkelan" yang semakin menguat kepada PAN yang dipimpin Soetrisno Bachir. Kebetulan, ada cukup banyak alasan untuk merasa jengkel.
Yang paling pertama, SB tak juga menunjukkan itikad baiknya untuk merangkul Muhammadiyah. Ada anggapan, SB menganggap dukungan Muhammadiyah kepada PAN sudah seharusnya sebagaimana NU harus membopong PKB, apapun situasinya.
Yang kedua, ada keberatan menyangkut watak PAN yang semakin bernuansa saudagar. Semangat yang mencuat terlihat seperti sibuk "dengan diri sendiri". Dalam hal ini seperti melupakan kewajiban menyinari masyarakat luas.
Yang ketiga, menyangkut gosip-gosip seputar SB sendiri. Selain soal personal, kedekatan SB dengan Aburizal Bakrie juga mulai dianggap sebagai masalah. Gosip soal ini kembali menghangat setelah sebuah majalah ekonomi menulis kisah investasi soal air dengan tajuk "Hidup adalah dagang air".
Jika elit-elit terkemuka Muhammadiyah mulai menyerukan nama PMB, PAN memang bakal menghadapi masalah meski hingga kini berkoar PMB hanyalah riak-riak belaka. Meski begitu, PAN masih punya senjata akhir berupa Daftar Caleg. Kalau mereka memberi porsi yang wajar ke kalangan Muhammadiyah organisatoris, barangkali kejengkelan itu bisa sedikit diredam. Tapi, resikonya, faksi yang non organisatoris bakal kecewa. "Daftar Caleg itu tak bakal mampu mengobati luka,"kata seorang pengamat.

SUMBER:

http://www.berpolitik.com/news.pl?n_id=14323&c_id=3&param=9cXc2ONBIP5ZsZBLBWRj


Rabu, 20 Agustus 2008

ayo........sama-sama berjuang !!!

Dalam bukunya Nostromo : A Tale of the Seaboard yang ditulis pada 1904, Joseph Condrad mengatakan bahwa, “ Kita (yakni, orang barat) akan menjalankan urusan dunia, tak peduli apakah dunia suka atau tidak.” Lalu ucapannya yang selanjutnya, “Kita akan menentukan segala-galanya, industri, perdagangan, hukum, jurnalisme, seni, politik dan agama.”
Walaupun ditulis pada 1904, namun semangat imperialisme barat di berbagai bidang sangat terasa sampai sekarang. Nilai-nilai budaya bangsa kita menjadi hancur, karena terpaan semangat imperialisme ini. Bangsa ini, kata Zawawi Imron, lewat film diajari mereka belajar pacaran model Amerika Latin, cara merampok ala Itali, dan cara (maaf) memperkosa model negeri Paman Sam.
Berbagai film seronok menjejali otak generasi muda kita. Berjam-jam disihir dengan kenikmatan dunia sesaat. Pemerintah pun sepertinya tidak berkutik, buktinya “Pesan dari Syurga” nya Luna Maya bisa dengan bebas berkeliaran di mana saja. Mungkin sebagian orang berkomentar, “Wajar saja, wong pembuat aturan di negeri ini ada yang main gituan, di-shoot lagi”.
Harus disadari, bahwa ada sebuah korelasi antara perbuatan yang dilakukan oleh para pemimpin dengan yang dipimpin. Begitu juga dengan pemerintah, berbagai musibah yang terjadi di negeri bisa saja timbul karena perbuatan pemerintah sendiri. Sehingga sangat wajar ketika beberapa hari yang lalu, Ketua Umum Muhammadiyah, Dien Syamsudin dan Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi menghimbau kepada pemerintah supaya mengintrospeksi diri perihal banyaknya musibah yang terjadi di negeri ini.
Oleh karena itu, sikap lembek pemerintah akan berdampak luas terhadap kondisi bangsa ini. Serangan pemikiran yang terus dilakukan oleh barat, lama kelamaan akan menghancurkan generasi muda negeri ini. Pejabat yang melakukan korupsi, maksiat, dan seabrek kejahatan lainnya harus segera diberantas karena mereka adalah salah satu biang kerok hancurnya negeri ini.